Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pokdarwis Gunung Aseupan Menerima Kunjungan Metode Pertanian Purba dari Berbagai Instansi

Anggota Pokdarwis Gunung Aseupan poto bersama selepas rapat persiapan kunjungan metode Pertanian Purba dari berbagai Instansi

Rabu, 01 November 2023, Pokdarwis Gunung Aseupan menerima kunjungan dari Bappelitbangda, Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Peternakan, Kabag Setda SDA Kab. Sukabumi, Cabang Dinas Kehutanan Wil. III Prov. Jawa Barat, Camat Kecamatan Gegerbitung, Civitas Akademika UMMI Sukabumi, Koordinator Pegiat Lingkungan Satgas KSDA Kabupaten Sukabumi dan Kepala Desa Cijurey. Dalam hal "Metode Pertanian Purba dan Pengelolaan Sampah untuk Pupuk Organik" yang berlokasi di Gunung Aseupan Jl. Cigintung RT 026/007 Desa Cijurey Kecamatan Gegerbitung Kabupaten Sukabumi. 
Poto bersama dengan anggota Pokdarwis, selepas kunjungan lahan pertanian metode Purba
Metode pertanian purba ini ditemukan oleh Prof. Deden Lesmana. Dalam penemuan tersebut beliau menyampaikan bahwa pertanian itu sangat mudah dan murah melalui proses diantaranya pengolahan tanah tanpa bahan kimia dan pestisida, serta menggunakan media tanam hasil dari limbah sampah tanpa dipilah.

Pada kesempatan tersebut Kabag SDA Setda Kabupaten Sukabumi, Bpk. Prasetyo menyampaikan bahwa kita ingin petani-petani di Kabupaten Sukabumi, tidak lagi tergantung kepada pupuk kimia dan insektisida, maka dari itu beliau mendukung penggunaan metode Pertanian Purba ini dan nantinya Desa Cijurey dapat menjadi daerah percontohan atau pilot project metode Pertanian Purba.

Kabag SDA Setda Kabupaten Sukabumi

Selanjutnya Prof. Deden menyampaikan metode Pertanian Purba langkah pertama dengan mengubah mindset (change mindset) pertanian yang selama ini petani laksanakan, seperti penggunaan pupuk kimia dan insektisida yang menyebabkan bahaya residu dari penggunaanya dalam jangka panjang terhadap tanah dan lingkungan sekitar. Melalui metode Pertanian Purba ini serba alami sehingga microba di dalam tanah akan bekerja sesuai dengan perannya.

Berdasarkan pemaparan beliau kenapa dinamakan Pertanian Purba, karena jargonnya tidak mengandung unsur ilmiah yang tinggi sehingga akan mudah diingat oleh masyarakat khususnya petani. 

Melalui penggunaan Konsorsium MOL (Mikro-organisme Lokal) yaitu kumpulan jenis mikroorganisme yang hidup saling bekerjasama untuk mengurai bahan-bahan organik dan non organik menjadi ramah lingkungan.

Seperti yang telah ditulis diatas bahwa pada saat pengolahan tanah kita dapat menambahkan sampah organik dan non organik menjadi media tanam yang ditambah dengan pupuk alami seperti kotoran ternak sapi dan di beri cairan Konsorsium MOL yang berfungsi mengurai bahan-bahan tersebut menjadi ramah lingkungan.

Sampah-sampah tersebut akan terurai dengan mikroorganisme termasuk sampah plastik dalam kurun waktu 1 tahun, yang sebagaimana telah kita ketahui bersama biasanya sampah plastik butuh puluhan sampai ratusan tahun akan terurai dengan tanah.

Melalui metode Pertanian Purba selain bertani ramah lingkungan, ini juga menjadi salahsatu ide bagaimana cara mengatasi permasalahan sampah yang selama ini kita alami.

Paparan selanjutnya Prof. Deden menyampaikan beberapa keunggulan metode Pertanian Purba dengan Konsorsium MOL diantaranya:

  • Proses komposting dalam waktu 1 hari dan siap digunakan
  • Proses komposting tidak menimbulkan bau, panas dan gas metan
  • Meniadakan bakteri patogen yang lain.
  • Menghemat tempat pengolahan
  • Media tanam dapat langsung digunakan
Metode Pertanian Purba ini pernah dipakai pada lahan ex Galian C (feldspar) Holcim Tuban Jawa Timur dengan menanam kangkung. Metode ini tidak hanya mengubah lahan yang tadinya tidak produktif menjadi sumber penghasilan yang berkelanjutan bagi petani lokal, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan lingkungan.

Praktik pertanian kangkung di lahan eks Galian C Holcim Tuban menunjukkan betapa pentingnya adaptasi dan inovasi dalam konteks pertanian. Langkah ini membuka jalan menuju pertanian berkelanjutan yang tidak hanya memperhatikan kebutuhan manusia saat ini tetapi juga menjaga keberlanjutan sumber daya alam untuk generasi mendatang.

Sumber : slide presentasi
Setelah pemaparan metode Pertanian Purba oleh Prof. Deden selesai para pengunjung dari berbagai instansi tersebut sangat mendukung dengan metode Pertanian Purba yang dilaksanakan tepatnya di Gunung Aseupan oleh Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Gunung Aseupan ini. Untuk selanjutnya akan memantau perkembangan ke depannya.

Seperti apa yang disampaikan oleh Ibu Camat kecamatan Gegerbitung, beliau sangat mengapresiasi dengan inovasi metode Pertanian Purba yang dilaksanakan di Gunung Aseupan Desa Cijurey oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk mengikuti kelas metode Pertanian Purba, melalui proses transfer knowladge oleh Prof. Deden Lesmana.

Diharapkan keberlanjutan dari kegiatan ini adalah sebagai langkah awal perubahan atau inovasi dalam dunia pertanian di Sukabumi dan Indonesia pada umumnya, bahwa mindset pertanian kita harus kembali ke alam dimana manusia terdahulu dalam bercocok tanam menggunakan konsep alamiah yang tidak mengandung unsur kimia yang dapat merusak lingkungan dalam jangka panjang.

Kami sebagai Kelompok Sadar Wisata Gunung Aseupan merasa bersyukur dengan adanya kelas ini, tentunya melalui kegiatan ini kami berharap adanya dukungan dari semua pihak yang berwenang, baik moril maupun materil, sehingga keberlanjutan program ini akan terus tertular, dan berbagi praktik baik kepada kelompok-kelompok tani lainnya di sekitar wilayah Kecamatan Gegerbitung dan Kabupaten Sukabumi, demi terwujudnya Sukabumi menjadi Kabupaten Konservasi.

Dokumentasi Pokdarwis Gunung Aseupan

Ruslan
Ruslan Seseorang yang suka menulis dikala senggang, hobi makan bakso dan suka ngajak jalan-jalan istri